Wednesday, January 27, 2010

Sedikit curhat saya tentang aksi 28 januari




Aksi besar-besaran tepat di 100 hari pertama pemerintahan SBY-Boediono adalah hal yang wajar sebagai bentuk pendewasaan demokrasi negara kita. Para pemuda yang idealis dan semua elemen masyarakat turun ke jalan dengan berbagai tuntutan adalah hal yang tidak aneh untuk negara demokrasi.

Menelisik sedikit tuntutan dari aktivis petisi 28 yaitu menuntut mundur SBY-boediono . Saya kira kurang relevan. Mari kita gunakan logika kita. Kita bukan amerika serikat yang dengan 100 hari bisa terjadi perubahan. Rakyat kita termasuk anda-anda yang berdemo saya kira belum dewasa. Pemakzulan SBY-Boediono di 100 akhir pertama adalah tindakan yang tidak memakai logika dan cenderung memakai tendensi emosi. Hal ini juga terkait politik pencitraan apakah hanya karena beberapa beberapa kasus diranah hukum yang sedang berjalan dan menimpa institusi dibawahnya dapat membuat SBY-Boediono harus turun. Kalau saya boleh berpendapat aksi 28 januari bukan lah aksi dengan tuntutan mengkritisi kebijakan seperti yang dilakukan aktivis aktivis terdahulu . Tapi hanya aksi yang bertendensi emosi dengan subtansinya pada politik pencitraan.

Sebagai tambahan dari isi hati saya. Mahasiswa sebagai agent of change dan sosial control sudah tidak dalam konteks jaman lagi jika kita hanya melakukan aksi. Aksi penting tapi ada yang lebih penting dari itu. Tak seharusnya jika kita hanya berretorika tapi kita harus berkontribusi.


0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home