Tahun 2008 lalu, ditengah melonjaknya harga minyak mentah dunia, pemerintah membuat kebijakan dengan mengkonversi penggunaan minyak tanah ke LPG. Selain cadangan gas di Indonesia lebih banyak dari pada minyak, gas juga lebih ramah lingkungan sekaligus menghemat APBN untuk subsidi BBM. Namun, terjadi kegagalan dalam implementasinya dengan berbagai alasan. Ada dua aspek yang tersirat dalam kasus ini yaitu policy window dalam pencarian energi alternatif karena naiknya harga minyak mentah dunia dan kegagalan implementasi konversi .
1. Proses Policy window terjadi karena terdapat suatu kejadian dalam problem stream atau politics stream dan ketiga aliran (problems, policies dan politics) bisa bertemu bersamaan, sehingga isu-isu bisa menjadi agenda . Isu tentang pengunaan energi alternatif sebenarnya telah lama disuarakan oleh LSM . Terlebih setelah tahun 2003 Indonesia menjadi negara net importer bahan bakar minyak. Namun , isu tersebut baru menjadi agenda kebijakan setelah melonjaknya harga minyak mentah dunia menembus US $ 120 per barel. Pemerintah mau tak mau harus memikirkan ulang kebijakan energi nasional. Akhirnya diputuskan untuk membuat kebijakan konversi minyak tanah ke LPG. Secara ekonomi beban subsidi pemerintah menjadi turun Rp 23 Triliun. Jusuf Kalla selaku wapres menyebutkan program konversi energi tidak ada yang keliru , justru dapat menghemat subsidi BBM di APBN sekitar Rp 30 Triliun dan investasi hanya Rp 15 Triliun.
Faktor-faktor yang memperngaruhi kebijakan tersebut adalah.
a. Kenaikan harga minyak mentah dunia . Hal ini di tempatkan sebagai problems stream yang menjadi pelatuk dari proses konversi minyak tanah ke gas.
b. Cadangan minyak bumi Indonesia yang semakin menipis ditambah Indonesia yang menjadi negara net importer bahan bakar minyak sehingga perlu solusi dari masalah tersebut.
c. Kebijakan dumping terhadap BBM oleh pemerintah. Padahal jelas secara kualitas dan kuantitas produk BBM Indonesia terbilang rendah dan mulai menipis
2. Konversi minyak tanah ke LPG pada dasarnya logis dan tidak keliru tapi dilapangan terjadi banyak sekali hal yang tidak di harapkan. Lau apa masalahnya?
1. Kisruh konversi gas ini menunjukkan fakta bahwa pemerintah tidak memiliki perencanaan dan implementasi yang baik. Program yang baik semestinya diikuti dengan perencanaan serta implementasi yang baik sehingga bisa memperkecil distorsi.
2. Kurangnya sosialisasi dari pemerintah akan program konversi tersebut.
3. Bukan hal yang mudah ketika manusia harus mengubah kebiasan hidupnya. Hal tersebut sama dengan kasus ini. Masyarakat sudah terbiasa membeli minyak tanah secara eceran. Sedangkan elpiji harus membeli 3 Kg seharga Rp 14.000 hingga Rp 15.000.
4. Ditemukannya kasus kompor gas yang rusak dan tabung yang bocor membuat warga skeptis dan memilih tetap memakai minyak tanah.
5. Para pemangku kepentingan yang terganggu dengan program konversi ini mencoba menggagalkan program tersebut. Karena secara langsung program tersebut merampas kepentinga mereka.
Kebijakan energi layaknya tetap menjadi agenda kedepan. Mengapa ? karena energi yang digunakan Indonesia saat ini lebih banyak ke sumber minyak. Padahal cadangan minyak Indonesia semakin menipis. Ada dua perspektif kebijakan energi yang dapat diambil yaitu :
1. Perspektif produksi energi alternatif
Kebijakan energi alternatif tetap harus di agendakan. Karena tidak mungkin selamanya rakyat Indonesia bergantung pada minyak yang notabene energi non-renewable . Langkah yang paling utama adalah mengkonversi penggunaan energi dari minyak dengan energi yang bukan dari minyak Ada beberapa alternatif energi yang dapat diproduksi oleh Indonesia seperti batu bara, gas, angin, nuklir, solar cell, bio gas ,panas bumi dll. Sayang pemerintah tidak mampu mengelolanya dalam segi produksi maupun teknologi dan akhirnya di kelola pihak swasta asing.
Batubara misalnya, pada tahun 2010 saja dapat menghasilkan 280 juta ton tapi jatah untuk Indonesia hanya 68,5 juta selebihnya di ekspor oleh pihak swasta. Andaikan keseluruhan di konsumsi oleh negara sendiri, pasti tidak ada kasus pemadaman bergilir yang dilakukan PLN. Di sektor panas bumi Indonesia juga memiliki potensial 30.000 Mwe dan merupakan terbesar di dunia. Namun, yang diolah baru 1.189 Mwe atau sekitar 4 persen dari jumlah keseluruhan. Andaikan energi panas bumi dapat didistribusikan ke rumah-rumah tentunya tidak usah khawatir dengan berkurangnya cadangan minyak Indonesia.
Kebijakan yang mestinya diambil pemerintah adalah menasionalisasi perusahaan tambang agar hasilnya tidak lari keluar negeri dan memanfaatkannya untuk negeri sendiri. Selain itu, hal yang harus dilakukan adalah memaksimalkan potensi energi yang ada . Misalnya energi panas bumi. Dengan sumber energi panas bumi terbesar di dunia idealnya Indonesia tidak mengalami krisis energi dan tidak perlu khawatir dengan isu krisis minyak.
Masih banyak program produksi energi alternatif lainnya yang masih dapat dilakukan. Misalnya membuat kincir angin di pantai yang ada di Indonesia sebagai pembangkit listrik seperti di negeri Belanda . Menggunakan biofuel dari tumbuhan jarak sebagai pengganti BBM. Membuat reactor nuklir yang aman dengan mengadakan sumber daya manusia dalam negeri yang kompeten. Tentunya semua program harus dengan konsep yang matang.
2. Perspektif konsumsi energi minyak
Sebenarnya penduduk Indonesia tidak perlu khawatir dengan cadangan minyak Indonesia . Cadangan minyak Indonesia disebutkan sekitar 4,2 miliar barel atau sama dengan untuk penggunaan selama 10 tahun. Padahal sebenarnya ada 55 miliar barel yang belum tereksploitasi. Jika dihitung mungkin masih bisa digunakan sampai sekitar 130 tahun mendatang. Akan tetapi untuk mengeksploitasi 55 miliar barel tersebut memerlukan teknologi yang canggih . Pemerintah tidak mampu untuk mengadakan teknologi tersebut. Oleh karena itu, pemerintah mengadakan kampanye untuk hemat energi dan konversi ke energi alternatif. Mungkin kebijakan yang paling realistis untuk dilakukan adalah menghemat dalam konsumsi bahan bakar minyak dengan cara mengurangi mobilitas kendaraan yang menggunakan bahan bakar minyak, memperbanyak transportasi massa. Dalam jangka panjang pemerinta perlu juga memikirkan untuk mengekspoitasi cadangan minyak yang belum terjamah.