Tuesday, November 10, 2009

Sepuluh November dan Realita Zaman



Peristiwa 10 November, tentu tak asing bagi kita sebagai bangsa Indonesia. Dimana para arek Surabaya berani melawan sekutu dan Nica demi mempertahankan kedaulatanya. Data dari pemerintah sendiri menyebutkan kurang lebih 30.000 arek surabaya tewas dalam pertempuran itu. Sebuah semangat yang sangat luar biasa walau senjata jelas kalah perlu kita acungi jempol. Jiwa Nasioanlisme yang membara ada pada pemuda kala itu. Lalu bagaimanakah semangat nasinalisme para pemuda saat ini?? Hal yang sangat perlu ditanyakan.


Sepuluh November saat ini diperingati sebagai hari pahlawan. Secerca penghargaan dari negara yang mungkin tak berarti untuk jasa para pejuang. Hal yang mereka inginkan adalah kejayaan Republik Indonesia. Pemerintahan yang bersih dan memikirkan rakyat. Saat ini pemerintah cenderung berorientasi modal, bahkan pendidikan pun di modalkan . Hingga akhirnya kaum prolektar serasa semakin ditindas . Sangat terasa dimana rakyat yang berada di bawah garis kemiskinan pasti terhalang masalah finansial untuk semua urusan apalagi pendidikan, sehingga mereka cenderung tak mampu menyekolahkan anaknya ke jenjang yang tinggi. Saya yakin para pendiri bangsa pasti menangis ketika melihat para petinggi negara justru berebut kekuasaan dan cenderung berorientasi pada modal.

Kerusakan sistem birokrasi , korupsi bisa dibilang sudah menjadi budaya . Dari zaman gubernur jenderal hindia belanda van den bosch yang menerapkan tanam paksa. Banyak kaum pribumi yang idealnya justru melindungi rakyat justru memperkaya diri sendiri. Hanya karena culture procenten mereka menindas bangsa sendiri. Sama seperti saat ini. Kita balik dalam peristiwa tsunami yang menewaskan jutaan orang dan memporak porandakan bumi aceh. Banyak oknum yang mengambil kesempatan menilep bantuan. Sungguh Ironis dimana rasa kemanusiaan mereka.

Terlepas dari itu mari kita rayakan peringatan 10 november menjadi suatu moment untuk memperbaiki bangsa ini..

Gumam Dalam Celoteh




Ketika anjing menggongong.. Pastilah ada sebabnya... Gonggongan yang mengandung arti.... Seperti saat q tuliskan kata kata ini.. Yang bukan biasa bagiQ menulis di dunia maya...Bahkan q tak tau mengapa tanganQ bergerak tanpa kontrol hingga menulis di tempat yang tak biasa ini...


Sebuah refleksi di tengah tugas yang mulai banyak. Dan beban otak yang semakin meningkat.. Dan q tak tahu kenapa otak ini sulit sekali di kendalikan. Kadang q iri dengan mereka mereka yang bisa konsisten dalam menjalani hidup. Menjalani dengan segala ke ikhlasan.

Seperti burung elang. Aq pun tetap ingin menjadi raja di alam kebebasan. Entah apa yang mereka pikirkan. Sejenak melupakan kebutuhan afeksi dari kekasih. Menjauhkan diri dari hedonisme atau menghancurkannya. Mencoba tetap memandang ke depan. Mungkin dapat menjadi jalan untuk tetap menjadi elang.

Dan tetap menjadi pemberani."karena pemberani pemberani mengalahkan tiga perempat dunia"(pramoedya a toer dalam panggil aku kartini saja)

dedicated 4 all eagle...